Turn Back Hoax, Aplikasi Tangkal Konten Palsu Buatan MastelMasyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menciptakan aplikasi khusus untuk melaporkan informasi palsu yakni Turn Back Hoax. Mastel berniat menjadikannya sebagai rujukan utama masyarakat melawan konten hoax.
“Mudah-mudahan bisa jadi sumber referensi utama. Harapannya kita bisa mengagregasi laporan hoax jadi satu kesatuan,” ucap Ketua Mastel Kristiono yang ditemui di Jakarta, Senin (13/2).

Kristiono melanjutkan, aplikasi ini akan jadi bagian ekosistem digital dalam menghadapi penyebaran hoax di Indonesia. Ia berharap, mereka yang ingin mengecek kebenaran suatu informasi, bisa lewat aplikasi ini saja.

“Tinggal buka link-nya saja. Nanti kita lakukan verifikasi ke sumber-sumber informasi dan kita kumpulin jadi satu jadi lebih gampang,” imbuhnya.

Selain menyediakan sumber-sumber informasi yang terpercaya terkait hoax yang beredar, Mastel turut melakukan verifikasi langsung ke sumber informasi terpercaya supaya pengguna yang malas membaca tautan yang dapat segera mengetahui kebenarannya.

Dalam penerapannya, Mastel bekerja sama dengan banyak pihak seperti lembaga negara, institusi penegak hukum, komunitas, hingga media massa.

“Kita tidak tunggal, kita terhubung juga dengan sumber informasi lain,” sambung Kristiono. Ia juga menambahkan aplikasi tersebut dalam waktu dekat bisa diunduh oleh pengguna iOS dan Android.

Data yang dijadikan sumber referensi utama aplikasi Mastel ini dihimpun dari berbagai sumber. Mereka mengandalkan gerakan Turn Back Hoax lebih dulu bergerilya melawan hoax.

Dengan aplikasi itu, pengguna bisa mengecek sebuah kabar simpang-siur serta melaporkan informasi hoax.

Terkait dengan penyebaran berita hoax, Mastel baru merilis hasil survei terkait gejala hoax di Indonesia. Dalam survei yang melibatkan 1.116 responden didapati 54 persen responden masih ragu ketika dihadapkan informasi hoax.

Hanya 28 persen dari mereka yang sanggup mengidentifikasi langsung suatu informasi hoax atau tidak. Bahkan 30 persen dari mereka mengaku kesulitan memeriksa kebenaran suatu informasi.

Survei tersebut juga memperlihatkan bahwa konten sosial politik dan SARA dominan jadi bahan utama hoax. Adapun media sosial dan aplikasi pesan instan jadi favorit para penyebar hoax.